Powered by Blogger.

PERTANIAN TRADISIONAL

BABAD / KEKREK
(sawah sehabis panen padi) yaitu memangkas seluruh jerami/DAMEN yag ada di sawah.
Bila damen/jerami itu bagus dan segar, biasanya para petani akan membabad damen/ngarit/kekrek dan jerami tersebut dikumpulkan dan di bongkok/diikat kemudian di bawa pulang untuk makanan kerbau/sapi. Dan sebagian jerami akan dikeringkan kemudian disimpan di gudang/kandang ternak sebagai makanan cadangan untuk sapi dan kerbau.

Pada masa sulit seperti kemarau misalnya akan sulit mendapatkan rumput. Maka jerami kering itu menjadi makanan alternatip buat sapi/kerbau. Dengan ditambahkan "bumbu" yaitu air garam. Jerami kering bisa juga untuk keperluan2 lain seperti untuk membakar, membuat alas ternak unggas atau dibuat pupuk.

NEMBOK
Nembok (mungkin dari kata tembok) yaitu membersihkan pematang sawah (galengan) dan menambal kembali dengan tanah/lumpur sawah yg baru. Nembok galengan juga berfungsi untuk menggemburkan tanah sisi sawah karena tempat itu tidak mungkin terjangkau oleh bajak yang dijalankan oleh tenaga kerbau/sapi.
Setelah ditembok pematang sawah itu akan menjadi rapih dan tanah baru akan mudah ditanami tanaman lain seperti ubi kayu dan kacang-kacangan setelah proses tandur (tanam padi) selesai.

NGLUKU
Ngluku (membajak tahap pertama) dari kata luku yaitu membajak sawah dengan menggunakan 1 set alat bajak dengan memanfaatkan tenaga kerbau atau sapi. Dengan ngluku ini bertujuan untuk membalik permukaan tanah dari seluruh permukaan tanah sawah.
Setelah diluku, sawah dibiarkan dahulu agar rumput2 yg tertimbun (dari proses pembalikan tanah) membusuk. Biasanya dalam satu minggu.

Setelah itu dilakukan pembajakan tahap kedua (NGGARU).

NGGARU
Nggaru (membajak tahap kedua), jika ngluku adalah membalik tanah, maka nggaru adalah meratakan tanah. Dan menghancurkan gumpalan2 tanah dan menyapu sisa2 rerumputan yang tidak membusuk/hidup lagi.
Setelah seluruh permukaan tanah cukup rata dan gembur, maka siap untuk ditanami bibit padi.
 
TANDUR
Tandur(menanam) adalah kegiatan menanam padi, benih2 padi yg sudah di-daut kemudian didistribusikan ke sawah yang sudah siap ditanami padi.

WIWIT
DALAM  bentuknya yang asli, upacara wiwit (Indonesia: mulai, awal, permulaan) di kalangan petani diselenggarakan dua kali selama musim tanam. Yang pertama diadakan saat mulai menanam padi (Jawa: tandur). Upacara di masa mulai menanam padi lazim disebut tedhun (Indonesia: turun).  Sedangkan upacara wiwit kedua dilakukan saat mulai memanen padi. Upacara kedua inilah yang disebut wiwit. Dalam perjalanan waktu, demi kepraktisan dan keiritan, wiwit hanya dilakukan saat mulai panen.

Upacara tradisi tedhun di awal musim tanam mengandung maksud agar benih yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, terbebas dari gangguan hama dan penyakit, serta mendatangkan hasil yang memuaskan. Doa yang dipanjatkan dalam kesempatan tersebut  sarat harapan. Intinya agar Tuhan yang memberikan penghidupan berkenan memberkati lahan dan tanaman yang hendak ditanam. Dengan hasil yang berlimpah, kehidupan manusia, khususnya petani yang membudidayakan tanaman padi, menjadi sehat lahir batin, sehingga semakin dapat memuliakan Tuhannya. Dalam konsep yang lebih luas, dengan kegiatan menanam padi, diharapkan manusia dapat tetap memayu hayuning bawana (memperindah dan terus memperbaiki dunia).

Adapun upacara wiwit diselenggarakan saat mulai panen padi (atau bisa juga panen tanaman pangan lain, seperti jagung, dan hal itu tergantung daerahnya). Pada upacara yang kedua ini, dalam tradisi Kejawen yang berbau Hinduistik, dilakukan kegiatan menyongsong (Jawa: methuk) kehadiran Dewi Sri atau dewi padi. Bentuknya, dilakukan pemetikan padi dengan ani-ani oleh wakil peserta perempuan dan laki-laki, masing-masing biasanya masih remaja. Pemetikan padi tersebut dilakukan sesudah sesaji diletakkan ditempat yang disiapkan untuk penyelenggaraan upacara.

Seonggok padi yang telah dipetik gadis dan perjaka tadi akan diambil masing-masing satu dan akan dijadikan pengantin padi. Sisanya diletakkan bersama dengan sesaji yang telah disiapkan. Ubarampe sesaji kemudian diberkati oleh pemimpin upacara, yakni tetua di lingkungan setempat. Kemudian dipanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan upacara. Tujuan dan inti upacara tradisi wiwit adalah untuk memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah berkenan memberi rezeki berlimpah kepada umatnya, dalam bentuk panenan yang melimpah. Jadi, pada upacara wiwit adalah puji syukur atas kemurahan Tuhan atas hasil panen.

Sesaji yang sudah selesai diupacarai, kemudian dibagikan kepada hadirin. Segenap hadirin melakukan santap bersama di tempat dilangsungkannya upacara. Onggokan padi yang telah dipetik lantas dibagikan. Setiap peserta mendapat satu tangkai atau lebih. Pembagian padi kepada peserta yang masih belum menikah mengandung harapan agar peserta segera dapat menemukan jodohnya. Sedangkan pembagian padi untuk  peserta lain yang sudah menikah tentu saja tidak mengandung maksud agar penerima dapat jodoh lagi, melainkan agar padi tersebut dibawa pulang, dan menjadi simbol kemakmuran. Bila diberikan pada ternak di rumah, harapannya agar ternaknya berkembang biak dan ikut mendatangkan kemakmuran.

Selesai upacara wiwit, hamparan padi yang menguning siap dipanen. Di masa lalu, banyak petani rajin menyelenggarakan upacara wiwit, khususnya petani yang lahan tanaman padinya relatif luas. Dewasa ini, tinggal satu dua petani yang melakukan. Ada juga yang menyelenggarakannya secara berkelompok, demi menghemat biaya, waktu, dan tenaga. 

Sumber : rumahtani.multiply.com  -  tunggullawe.multiply.com

1 comments:

Unknown said...

Butuh peralatan bertani seperti arit cangkul dll, hubungi kami

Post a Comment