Banyak pelaku wisata yang menginginkan keterlibatan
langsung antara dirinya dengan masyarakat tempat wisata itu berada. Selain itu
banyak juga pelaku wisata yang tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan
perjalanan wisata ke banyak lokasi wisata. Oleh karena itu pula kemudian muncul
gagasan untuk menciptakan lokasi wisata yang di dalamnya hampir seluruh
kebutuhan pelaku wisata tersedia. Desa wisata merupakan salah satu jawaban atau
alternatifnya.
Kini di Kabupaten Sleman terdapat sekitar 36 desa
wisata. Salah satunya adalah desa wisata Srowolan. Desa wisata Srowolan
sebenarnya terdiri atas tiga padukuhan, yakni Padukuhan Gatep Srowolan,
Karanggeneng, dan Gandok Kadilobo. Semuanya masuk dalam wilayah Desa/Kalurahan
Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Desa wisata di Kawasan Pasar Perjuangan Srowolan memiliki latar belakang
kesejarahan yang menarik. Desa wisata di Kawasan Pasar Perjuangan ini memiliki pasar yang dinamakan Pasar
Perjuangan Srowolan. Pasar ini dinamakan pasar perjuangan karena memiliki peran
yang besar di masa perjuangan fisik ketika Indonesia tengah merebut kedaulatan
di tahun 1942-1945. Pada masa itu banyak pasar tradisional mati atau kosong
karena ditinggalkan penduduk. Bahkan desa-desa atau dusun juga banyak yang
kosong karena banyak ditinggalkan penduduk yang mengungsi menghindari
peperangan.
Dalam masa perjuangan seperti itulah Pasar Srowolan
tetap beraktivitas. Di tempat ini tetap terjadi transaksi jual beli. Barangkali
karena lokasi Pasar Srowolan yang cukup tersembunyi menyebabkannya relatif aman
dari incaran kaum penjajah. Di pasar ini pulalah para pemuda meminta sumbangan
kepada para bakul atau pedagang untuk membantu perjuangan. Dari tangan para
bakul inilah pemuda pejuang memperoleh banyak bantuan baik berupa uang maupun
bahan makanan sebagai bekal melawan penjajah di medan perang. Tidak aneh jika
kemudian Pasar Srowolan ini dinamakan Pasar Perjuangan. Pasar yang didirikan
sejak tahun 1921 dan menempati tanah kasultanan ini sampai sekarang masih
menampakkan wujud ketradisionalannya.
Kecuali aspek kesejarahannya, sebagai desa
wisata juga memiliki banyak kelebihan lain. Kelebihan-kelebihan tersebut di
antaranya dengan terdapatnya Sanggar Budaya Sayuti Melik. Seperti diketahui
Sayuti Melik adalah tokoh perjuangan yang mengetik naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik lahir di desa ini, tepatnya Dn. Kadilobo Purwobinangun Pakem Sleman.
Desa wisata di Kawasan Pasar Perjuangan juga memiliki 3 sumber mata air alami
yang dinamakan Belik Nyamplung, Belik Kepepet, dan Belik Kemantren. Ketiga
belik ini merupakan sumber pengairan dan keperluan hidup masyarakat setempat.
Desa ini juga kental dengan tradisi pertaniannya. Di tempat ini pula wisatawan
dapat terlibat langsung dengan berbagai aktivitas petani seperti ngluku
(membajak), tandur (menanam), dhangir (menyiangi), atau panen salak di perkebunan
salak yang ada di tempat itu.
Desa wisata di Kawasan Pasar Perjuangan juga masih melestarikan tradisi Jawa
seperti kenduri, gotong royong, merti dusun, karawitan, dan sebagainya.
Wisatawan pun dapat terlibat langsung dalam acara-acara tersebut.
Di tempat ini pulalah cikal bakal Kecamatan Pakem
terbentuk. Sebelum Kecamatan Pakem terbentuk seperti sekarang, Srowolan telah
berdiri sebagai kemantren. Bangunan bekas kantor kemantren itu sampai sekarang
juga masih dilestarikan di tempat ini. Berawal dari Kemantren Srowolan inilah
kemudian berkembang menjadi Kecamatan Pakem.
Desa wisata di Kawasan Pasar Perjuangan Srowolan juga dilengkapi dengan lokasi-lokasi outbound yaitu Banyu Sumilir Outbound Center, Sahaba Outbound, dan Karangasri Adventure Service. Nama Banyu Sumilir diambilkan dari dua istilah
yakni banyu dan sumilir.
Banyu artinya air dan sumilir artinya bertiup
sepoi-sepoi. Kedua istilah ini diambil berdasarkan kekayaan alam setempat.
Seperti diketahui, lingkungan alam di Srowolan memang masih terbilang relatif
asri, jauh dari kebisingan, jauh dari polusi. Air yang mengalir di
saluran-saluran irigasi di tempat ini masih bening. Masyarakat setempat
memiliki kesadaran kuat untuk tidak mencemari air karena air merupakan sarana
utama bagi kehidupan mereka dan juga untuk pertanian serta perikanan di tempat
itu. Kekayaan air yang melimpah dan bening di tempat inilah yang kemudian menumbuhkan
ide untuk memberi nama Banyu Sumilir. Demikian seperti tutur H. Mardiono (65)
selaku salah satu pengelola arena out bond di Banyu Sumilir Outbound Center.
Teks oleh a sartono
diedit ulang oleh pasarperjuangansrowolan
Sumber : tembi.net
0 comments:
Post a Comment