“PRAKATA”
Saat ini Sumber Daya Manusia menjadi pusat perhatian untuk pendidikan bangsa dan dunia kerja khususnya lembaga, perusahaan, instansi yang menghasilkan barang dan jasa seperti Bank, Rumah Sakit, Perguruan Tinggi,Lembaga Pendidikan Formil maupun Non Formil Sumber Daya Manusia sebagai pekerja, karyawan dan pegawai tidak lagi dinilai sebagai alat atau sekedar pelengkap berjalannya roda instansi atau perusahaan, dinilai sebagai asset yang cukup penting dan perlu dikelola secara profesional sebagaimana halnya modal, uang, sarana teknologi dan sarana fisik.
Kemajuan dunia kerja tidak tergantung pada pengelolaan modal dan sarana fisik, tetapi justru pada pengelolaan karyawan. Suatu perusahaan bisa berkembang kalau karyawan-nya memiliki motivasi berkembang mampu memberikan kontribusi produktivitas, sikap dan etos kerja. Hal ini akan membentuk lingkaran emas, karena pada situasi yang kondusif untuk berkembang inilah justru menjadi fokus sentral kepuasan karyawan yang “abadi”, tidak semata pada sallary belaka menuju kepuasan pelanggan.
Keberhasilan suatu perusahaan atau badan usaha bukanlah hasil kerja satu individu melainkan dilakukan antar individu yang terlibat dalam organisasi sebagai satu kesatuan yang disebut TEAMWORK.
Secara kodrati nilai sukses terbentuk dari faktor lingkungan dan kondisi alam. Namun sayangnya, budaya dan sistem pendidikan didalam lingkungan keluarga (home schooling) dan pendidikan formal PAUD, TK, SD, Sekolah Lanjutan sampai Perguruan Tinggi yang holistik, praktis tergusur pendidikan kognitif IPTEK. Pendidikan budi pekerti dan nilai kerja, kemandirian diganti budaya protektif. memanjakan (“budaya Mall”) sehingga generasi ini cenderung kurang peka, malas, kurang kreatif, instan (jalan pintas), tak tahan banting. Disisi lain, karyawan-karyawan instansi dan berbagai badan usaha dalam kesehariannya selalu berhadapan dengan berbagai persoalan dengan ruang lingkup kerja dibatasi oleh sekat-sekat tembok, sehingga secara psikologis ruang gerak dan pola pikir menjadi serba terbatas atau dibatasi, serta terbelenggu rutinitas kerja. Untuk itu diperlukan pelatihan-pelatihan di alam bebas. By
removing participants from their familiar everyday routine, we try to
push them beyond their normal comfort zone to become more
outward-looking and enterprising (Nicholas Conceicao, 1997).
Melalui pelatihan manajerial alam bebas (outbound training) setiap individu dihadapkan pada kondisi yang berlainan dari rutinitas. Berbagai bentuk pelatihan kegiatan fisik akan menggali dan menjabarkan segala kelebihan serta kekurangan diri setiap individu. Sesungguhnya setiap individu memiliki kemampuan mental, emosi maupun fisik yang lebih dibandingkan dengan apa yang mereka telah rasakan/tampilkan pada diri mereka masing-masing. Apabila mereka diberi kesempatan untuk berekspresi dalam diklat outbound kemandirian dalam kebersamaan akan dapat lebih optimal sehingga akan menghasilkan nilai dan manfaat yang tak terhingga bagi perkembangan pribadi, perusahaan dan organisasi.
Selamat berekreasi, beroutbound dan menguji adrenalin melalui Fying Fox yang kami design dengan dua pilihan anak dan dewasa , semoga pengalaman dan kegembiraan didapat di lokasi alami nuansa alam, angin dan air Banyu Sumilir di bawah panorama lereng Merapi ini.
(Fransiskus Ogi Sindarto)
Manager
1 comments:
DENGAN SEGALA KERENDAHAN HATI BAGI REKAN-REKAN YANG INGIN KONFIRMASI KEGIATAN AWAL/BARU SILAHKAN HUBUNGI HANYA NOMOR TELEPON DAN HP YANG TERTERA DI TAB "CONTACT US" DIBAGIAN MENU ATAS SEBELAH KANAN BLOG/SITE INI YAITU 0274.8399779 DAN/ATAU 0812 2802 0860
TERIMA KASIH.
Post a Comment